Air mata adalah komponen vital bagi kesehatan dan fungsi mata kita. Lebih dari sekadar ekspresi emosi, air mata memiliki peran krusial dalam menjaga kelembaban, nutrisi, dan perlindungan permukaan mata. Namun, produksi air mata saja tidak cukup; sistem drainase yang efisien, yang dikenal sebagai saluran air mata atau sistem lakrimal, sangatlah penting untuk memastikan air mata dapat mengalir dengan baik dan tidak menumpuk di mata. Ketika saluran air mata mengalami gangguan, baik itu sumbatan, infeksi, atau masalah lainnya, dampaknya bisa sangat mengganggu, mulai dari mata berair terus-menerus (epifora) hingga infeksi serius yang memerlukan intervensi medis.
Artikel komprehensif ini akan menggali lebih dalam tentang segala aspek terkait saluran air mata. Kita akan memulai dengan memahami anatomi dan fisiologi normal sistem ini, bagaimana air mata diproduksi dan dialirkan, kemudian membahas berbagai masalah yang dapat timbul, metode diagnosis yang digunakan, hingga pilihan penanganan terkini. Tujuan kami adalah memberikan pemahaman yang mendalam dan lengkap bagi siapa pun yang tertarik atau menghadapi masalah dengan saluran air mata mereka.
Anatomi Sistem Saluran Air Mata
Untuk memahami bagaimana saluran air mata bekerja dan mengapa ia bisa bermasalah, kita harus terlebih dahulu memahami struktur anatominya. Sistem lakrimal terdiri dari dua bagian utama: sistem sekresi (yang memproduksi air mata) dan sistem drainase (yang mengalirkan air mata). Artikel ini akan fokus pada sistem drainase, namun kita akan secara singkat menyentuh bagian produksi air mata untuk konteks.
1. Kelenjar Lakrimal
Meskipun bukan bagian dari saluran air mata dalam arti drainase, kelenjar lakrimal adalah organ yang bertanggung jawab atas produksi sebagian besar air mata utama kita. Terletak di bagian atas lateral (luar) setiap rongga mata, kelenjar ini menghasilkan lapisan air (aqueous layer) dari film air mata. Air mata yang diproduksi kemudian menyebar di atas permukaan mata melalui setiap kedipan dan akhirnya terkumpul di kantus medial (sudut mata dekat hidung) sebelum masuk ke sistem drainase.
2. Puncta Lakrimal
Ini adalah titik masuk pertama air mata ke dalam sistem drainase. Puncta adalah dua lubang kecil berukuran sekitar 0,3 mm, satu di kelopak mata atas (puncta superior) dan satu di kelopak mata bawah (puncta inferior). Mereka terletak di ujung medial dari kelopak mata, pada papila lakrimal. Puncta ini menghadap ke dalam, memungkinkan mereka untuk mengumpulkan air mata yang terkumpul di danau air mata (lacrimal lake) di sudut mata. Fungsi puncta sangat vital; jika mereka terlalu sempit (stenosis) atau mengarah ke luar (ektropion punctal), drainase air mata akan terganggu, menyebabkan mata berair.
3. Kanalikuli Lakrimal
Dari puncta, air mata memasuki kanalikuli lakrimal. Ada dua kanalikuli, superior dan inferior, yang masing-masing panjangnya sekitar 10 mm. Setiap kanalikuli memiliki segmen vertikal (ampulla) dan segmen horizontal. Kedua kanalikuli ini biasanya menyatu menjadi kanalikulus komunis (saluran umum) sebelum bermuara ke kantung lakrimal. Kanalikuli dilapisi oleh epitel skuamosa berlapis dan dikelilingi oleh otot orbikularis okuli (otot kelopak mata). Kontraksi otot ini membantu memompa air mata ke dalam kantung lakrimal, sebuah mekanisme yang dikenal sebagai "pompa lakrimal." Sumbatan pada kanalikuli, yang disebut kanalikulitis, adalah masalah umum yang dapat menyebabkan mata berair dan infeksi.
4. Saccus Lakrimalis (Kantung Lakrimal)
Kanalikulus komunis bermuara ke dalam kantung lakrimal, sebuah struktur berongga berbentuk oval yang terletak di dalam fossa lakrimalis, sebuah cekungan tulang di sisi hidung. Kantung lakrimal memiliki panjang sekitar 10-15 mm dan lebar 5 mm. Dikelilingi oleh tulang maksila dan lakrimal, serta otot orbikularis okuli. Kantung ini berfungsi sebagai reservoir sementara untuk air mata sebelum dialirkan lebih jauh. Bagian atas kantung adalah fundus, dan bagian bawah menyempit menjadi duktus nasolakrimalis. Infeksi pada kantung lakrimal dikenal sebagai dakriosistitis.
5. Duktus Nasolakrimalis (Saluran Air Mata ke Hidung)
Ini adalah bagian terakhir dan terpanjang dari saluran air mata, membentang dari kantung lakrimal hingga ke rongga hidung. Duktus nasolakrimalis memiliki panjang sekitar 12-18 mm dan diameter 3-4 mm. Duktus ini berjalan ke bawah dan sedikit ke lateral, melalui saluran tulang di dalam tulang maksila. Ia bermuara ke dalam meatus inferior rongga hidung, di bawah konka inferior. Pada ujung distal duktus ini terdapat katup Hasner (atau plika mukosa), yang berfungsi mencegah aliran balik udara atau cairan dari hidung ke dalam sistem drainase air mata. Sumbatan pada duktus nasolakrimalis adalah penyebab paling umum dari epifora, terutama pada bayi (obstruksi duktus nasolakrimalis kongenital).
Fisiologi Air Mata dan Mekanisme Drainase
Setelah memahami anatominya, mari kita selami bagaimana saluran air mata berfungsi secara normal.
1. Komposisi Film Air Mata
Air mata bukanlah sekadar air. Film air mata adalah lapisan kompleks yang melindungi dan melumasi mata, terdiri dari tiga lapisan utama:
- Lapisan Lipid (Minyak): Lapisan terluar ini diproduksi oleh kelenjar Meibom di kelopak mata. Fungsinya adalah untuk mengurangi penguapan air mata dan memberikan permukaan yang halus untuk penglihatan.
- Lapisan Akuos (Air): Lapisan tengah dan paling tebal, diproduksi oleh kelenjar lakrimal utama dan kelenjar lakrimal aksesori (Krause dan Wolfring). Lapisan ini mengandung air, elektrolit, protein (antibodi, lisozim, laktoferin), dan nutrisi yang penting untuk kornea.
- Lapisan Musin (Lendir): Lapisan terdalam, diproduksi oleh sel goblet di konjungtiva. Musin membantu air mata melekat pada permukaan mata dan menyebar secara merata.
Keseimbangan ketiga lapisan ini sangat penting. Gangguan pada salah satu lapisan dapat menyebabkan masalah mata kering atau, paradoxically, mata berair jika lapisan air mata tidak stabil dan menguap terlalu cepat, memicu kelenjar lakrimal untuk memproduksi air mata reflektif.
2. Mekanisme "Pompa Lakrimal"
Air mata yang menutupi permukaan mata akan terkumpul di danau air mata di kantus medial. Mekanisme drainase air mata ini tidak pasif, melainkan melibatkan suatu sistem "pompa" aktif yang dikenal sebagai pompa lakrimal:
- Kedipan Mata: Setiap kali kita berkedip, kelopak mata menutup, menyebarkan air mata secara merata di permukaan mata.
- Kontraksi Otot Orbikularis Okuli: Saat kelopak mata menutup, bagian pretarsal dan preseptal dari otot orbikularis okuli yang mengelilingi puncta dan kanalikuli berkontraksi. Kontraksi ini menyebabkan puncta bergerak ke medial dan ke belakang, masuk ke dalam danau air mata.
- Pemendekan dan Penekanan Kanalikuli: Kontraksi otot menyebabkan kanalikuli memendek dan diameter lumennya menyempit, mendorong air mata yang ada di dalamnya ke arah kantung lakrimal.
- Dilatasi Kantung Lakrimal: Pada saat yang sama, bagian dalam otot orbikularis okuli yang menutupi kantung lakrimal berkontraksi, menyebabkan dinding lateral kantung tertarik keluar. Ini menciptakan tekanan negatif di dalam kantung, yang "menyedot" air mata dari kanalikuli ke dalam kantung. Katup Rosenmuller di persimpangan kanalikulus komunis dan kantung lakrimal membantu mencegah aliran balik.
- Relaksasi Otot dan Drainase: Saat mata terbuka, otot orbikularis okuli rileks. Puncta kembali ke posisi semula. Kantung lakrimal mengempis, menciptakan tekanan positif yang mendorong air mata ke bawah melalui duktus nasolakrimalis ke rongga hidung.
Seluruh proses ini memastikan drainase air mata yang efisien. Gangguan pada setiap tahap, baik itu masalah pada puncta, kanalikuli, kantung lakrimal, atau duktus nasolakrimalis, akan menyebabkan penumpukan air mata dan gejala mata berair.
Masalah Umum pada Saluran Air Mata
Berbagai kondisi dapat memengaruhi fungsi normal saluran air mata, menyebabkan mata berair, infeksi, atau ketidaknyamanan lainnya. Berikut adalah beberapa masalah paling umum:
1. Obstruksi Saluran Air Mata (Dacryostenosis)
Ini adalah masalah paling sering pada saluran air mata, di mana aliran air mata terhambat. Obstruksi dapat terjadi pada berbagai tingkatan dalam sistem drainase.
a. Obstruksi Duktus Nasolakrimalis Kongenital (CNLDO)
Ini adalah kondisi umum pada bayi baru lahir, di mana duktus nasolakrimalis gagal membuka sepenuhnya. Katup Hasner di ujung duktus adalah lokasi sumbatan paling sering. Biasanya terjadi pada satu mata, tetapi bisa juga bilateral.
- Penyebab: Gagalnya kanalisasi lengkap duktus nasolakrimalis selama perkembangan janin, meninggalkan membran di katup Hasner yang tidak terbuka.
- Gejala: Mata berair terus-menerus (epifora) sejak lahir atau beberapa minggu setelahnya. Air mata seringkali disertai dengan lendir atau nanah karena stasis air mata memudahkan pertumbuhan bakteri, menyebabkan konjungtivitis berulang atau dakriosistitis. Kelopak mata sering terlihat merah atau lengket.
- Diagnosis: Berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik. Dokter mungkin melakukan tes fluorescein disappearance test (FDT) untuk melihat seberapa cepat air mata yang diberi pewarna menghilang dari mata.
- Penanganan:
- Masase Kantung Lakrimal (Crigler Massage): Ini adalah penanganan lini pertama. Orang tua diajari untuk memberikan tekanan lembut pada area kantung lakrimal (antara mata dan hidung) beberapa kali sehari. Tujuan masase ini adalah untuk meningkatkan tekanan hidrostatik di dalam kantung, yang diharapkan dapat membuka membran di katup Hasner. Tingkat keberhasilan masase ini cukup tinggi, terutama jika dimulai sejak dini.
- Antibiotik Topikal: Digunakan untuk mengatasi infeksi sekunder (konjungtivitis atau dakriosistitis) yang mungkin terjadi, tetapi tidak mengatasi sumbatan itu sendiri.
- Probing Duktus Lakrimal: Jika masase tidak berhasil hingga usia 9-12 bulan, prosedur probing dapat dilakukan. Sebuah kawat tipis dan fleksibel (probe) dimasukkan melalui puncta, kanalikuli, kantung lakrimal, dan duktus nasolakrimalis untuk membuka sumbatan. Prosedur ini biasanya dilakukan di bawah anestesi umum pada anak-anak. Tingkat keberhasilan probing sangat tinggi jika dilakukan sebelum usia 1 tahun.
- Intubasi Stent Silikon: Jika probing tunggal tidak berhasil atau ada indikasi sumbatan yang lebih kompleks, tabung silikon tipis (stent) dapat dimasukkan melalui sistem lakrimal dan ditinggalkan selama beberapa bulan (misalnya, 3-6 bulan) untuk menjaga duktus tetap terbuka saat penyembuhan terjadi.
- Dacryocystorhinostomy (DCR): Ini adalah prosedur bedah yang lebih kompleks yang dipertimbangkan jika semua metode di atas gagal, biasanya pada anak-anak di atas 3-4 tahun atau dengan sumbatan berulang. DCR membuat saluran baru antara kantung lakrimal dan rongga hidung, melewati duktus nasolakrimalis yang tersumbat.
b. Obstruksi Duktus Nasolakrimalis Didapat (Acquired Dacryostenosis)
Sumbatan ini terjadi pada orang dewasa dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor.
- Penyebab:
- Inflamasi Kronis: Infeksi berulang (misalnya dakriosistitis kronis), peradangan sistemik (misalnya sarkoidosis, granulomatosis Wegener), atau penggunaan obat tetes mata tertentu dalam jangka panjang dapat menyebabkan peradangan dan fibrosis (pembentukan jaringan parut) pada duktus nasolakrimalis.
- Trauma: Cedera pada wajah atau hidung (misalnya patah tulang hidung) dapat merusak atau menyumbat duktus nasolakrimalis.
- Tumor: Tumor di area hidung, sinus, atau kantung lakrimal dapat menekan dan menyumbat saluran air mata.
- Obat-obatan: Beberapa obat kemoterapi (misalnya 5-fluorouracil, docetaxel) atau obat mata tertentu dapat menyebabkan stenosis.
- Idiopatik (Primer): Seringkali, penyebab pasti tidak dapat diidentifikasi. Ini dikenal sebagai Primary Acquired Nasolacrimal Duct Obstruction (PANDO), yang dianggap karena proses fibrosis terkait usia atau peradangan subklinis.
- Prosedur Bedah Sebelumnya: Bedah sinus atau hidung sebelumnya dapat merusak saluran air mata.
- Gejala: Sama seperti CNLDO, gejala utama adalah epifora (mata berair) yang persisten, seringkali disertai dengan iritasi, konjungtivitis berulang, dan risiko tinggi dakriosistitis akut.
- Diagnosis: Selain FDT, irigasi saluran air mata (dengan memasukkan saline melalui puncta) adalah tes diagnostik utama untuk mengonfirmasi lokasi dan tingkat sumbatan. Pencitraan seperti Dacryocystography (DCG), CT scan, atau MRI mungkin diperlukan untuk mengevaluasi anatomi tulang dan menyingkirkan tumor.
- Penanganan:
- Dacryocystorhinostomy (DCR): Ini adalah standar emas untuk penanganan obstruksi duktus nasolakrimalis didapat. Prosedur ini menciptakan jalur drainase baru dari kantung lakrimal ke rongga hidung, melewati duktus yang tersumbat. DCR dapat dilakukan secara eksternal (melalui insisi kulit di samping hidung) atau endonasal (melalui hidung menggunakan endoskop).
- Balloon Dacryoplasty: Prosedur ini melibatkan memasukkan kateter dengan balon ke dalam duktus nasolakrimalis dan mengembungkannya untuk melebarkan saluran yang menyempit. Ini kurang invasif dibandingkan DCR tetapi mungkin memiliki tingkat keberhasilan yang lebih rendah pada sumbatan lengkap atau kronis.
- Intubasi Stent: Sama seperti pada anak-anak, stent silikon dapat digunakan untuk menjaga saluran tetap terbuka setelah prosedur.
- Penanganan Penyebab Utama: Jika sumbatan disebabkan oleh tumor atau peradangan sistemik, penanganan kondisi dasarnya juga penting.
c. Obstruksi Puncta atau Kanalikuli
Sumbatan juga bisa terjadi pada puncta atau kanalikuli.
- Penyebab:
- Stenosis Punctal: Penyempitan puncta bisa karena peradangan kronis, usia tua, trauma, atau sebagai efek samping obat tetes mata tertentu (misalnya pilocarpine).
- Kanalikulitis: Infeksi pada kanalikuli, sering disebabkan oleh bakteri (misalnya Actinomyces israelii) atau jamur, menyebabkan peradangan dan pembentukan sumbat material kekuningan di dalamnya.
- Trauma: Cedera pada kelopak mata atau daerah medial mata.
- Bedah: Prosedur bedah pada kelopak mata yang tidak tepat dapat merusak kanalikuli.
- Penyakit Autoimun: Seperti sindrom Sjogren.
- Gejala: Mata berair (epifora), kemerahan, bengkak, dan mungkin keluarnya cairan dari puncta pada kasus kanalikulitis.
- Diagnosis: Pemeriksaan fisik, irigasi saluran air mata (akan menunjukkan hambatan pada tingkat yang lebih tinggi dari kantung lakrimal).
- Penanganan:
- Dilatasi Punctal: Untuk stenosis punctal ringan, puncta dapat dilebarkan menggunakan dilator khusus.
- Punctoplasty: Prosedur bedah untuk memperlebar puncta secara permanen.
- Kanalikulotomi/Kanalikuloplasti: Untuk kanalikulitis, tindakan pembersihan (curettage) material infeksius dan antibiotik sistemik/topikal. Untuk sumbatan kanalikuli, mungkin diperlukan intubasi stent atau rekonstruksi bedah.
- Conjunctivodacryocystorhinostomy (CDCR) dengan tabung Jones: Jika kanalikuli rusak parah dan tidak dapat diperbaiki, saluran buatan (tabung Jones) dapat dipasang dari konjungtiva ke rongga hidung untuk melewati seluruh sistem drainase alami.
2. Infeksi Saluran Air Mata (Dacryocystitis)
Dakriosistitis adalah peradangan atau infeksi pada kantung lakrimal, hampir selalu disebabkan oleh obstruksi duktus nasolakrimalis yang mendasari. Stasis air mata di dalam kantung menciptakan lingkungan yang ideal bagi bakteri untuk berkembang biak.
a. Dakriosistitis Akut
Ini adalah infeksi bakteri tiba-tiba pada kantung lakrimal.
- Penyebab: Obstruksi total atau parsial pada duktus nasolakrimalis, memungkinkan bakteri (paling sering Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae) berkembang biak.
- Gejala: Nyeri hebat, kemerahan, bengkak yang terasa nyeri (tenderness) di area kantung lakrimal (antara mata dan hidung). Mungkin disertai demam, malaise, dan keluarnya nanah dari puncta jika ditekan. Jika tidak diobati, dapat menyebabkan abses atau selulitis orbita yang serius.
- Diagnosis: Berdasarkan pemeriksaan fisik. Kultur cairan mungkin diambil jika ada drainase.
- Penanganan:
- Antibiotik Sistemik: Ini adalah lini pertama pengobatan untuk mengendalikan infeksi.
- Kompres Hangat dan Analgesik: Untuk mengurangi nyeri dan bengkak.
- Drainase Abses: Jika terbentuk abses, mungkin perlu drainase bedah.
- DCR (setelah infeksi mereda): Setelah infeksi akut terkontrol, DCR seringkali diperlukan untuk mengatasi obstruksi yang mendasari dan mencegah kekambuhan.
b. Dakriosistitis Kronis
Ini adalah peradangan kantung lakrimal yang berlangsung lama atau berulang.
- Penyebab: Obstruksi duktus nasolakrimalis parsial atau intermiten yang kronis.
- Gejala: Epifora persisten, kadang-kadang disertai keluarnya lendir dari puncta, sedikit pembengkakan tanpa rasa nyeri di area kantung lakrimal. Risiko kambuhnya dakriosistitis akut tinggi.
- Diagnosis: Pemeriksaan fisik, irigasi saluran air mata yang menunjukkan refluks lendir atau cairan purulen.
- Penanganan:
- Antibiotik Topikal: Untuk mengelola konjungtivitis berulang, tetapi tidak mengatasi masalah utama.
- DCR: Ini adalah penanganan definitif untuk dakriosistitis kronis, yang bertujuan untuk mengatasi obstruksi dan mencegah infeksi berulang.
3. Tumor pada Saluran Air Mata
Meskipun jarang, tumor jinak atau ganas dapat tumbuh di area saluran air mata, menyebabkan obstruksi.
- Jenis-jenis:
- Jinak: Papiloma, adenoma pleomorfik (pada kelenjar lakrimal), dacryolith (batu air mata).
- Ganas: Karsinoma sel skuamosa, karsinoma sel basal, limfoma, karsinoma adenokistik (pada kelenjar lakrimal).
- Gejala: Epifora (seringkali merupakan gejala awal), pembengkakan yang progresif dan tidak nyeri, distorsi anatomi di area kantung lakrimal, kadang-kadang nyeri atau perdarahan.
- Diagnosis: Diperlukan pemeriksaan pencitraan (CT scan atau MRI) untuk menentukan ukuran, lokasi, dan ekstensi tumor. Biopsi jaringan seringkali diperlukan untuk diagnosis definitif.
- Penanganan: Tergantung pada jenis dan stadium tumor, penanganan dapat meliputi bedah eksisi, radioterapi, atau kemoterapi.
4. Trauma pada Saluran Air Mata
Cedera pada wajah atau kelopak mata dapat merusak saluran air mata.
- Penyebab: Pukulan, jatuh, luka robek, kecelakaan kendaraan, atau cedera iatrogenik (akibat prosedur medis lain).
- Jenis Cedera: Dapat berupa robekan pada kanalikuli (terutama kanalikulus inferior), fraktur tulang yang mengompresi duktus nasolakrimalis, atau kerusakan langsung pada kantung lakrimal.
- Gejala: Epifora, perdarahan, bengkak, nyeri di sekitar area cedera.
- Penanganan: Perbaikan bedah segera seringkali diperlukan untuk menyambung kembali kanalikuli yang putus (kanalikuloplasti) atau untuk memasang stent jika ada kerusakan duktus yang lebih luas. Semakin cepat perbaikan dilakukan, semakin baik hasilnya.
5. Kondisi Lain yang Memengaruhi Saluran Air Mata
- Ektropion Punctal: Kelopak mata bawah membalik ke luar, menyebabkan puncta tidak lagi kontak dengan danau air mata, sehingga air mata tidak dapat masuk ke saluran air mata. Penanganan biasanya bedah untuk mengoreksi posisi kelopak mata.
- Sindrom Mata Kering: Meskipun paradoks, mata kering parah kadang-kadang dapat menyebabkan epifora refleksif, karena iritasi permukaan mata memicu produksi air mata berlebihan. Namun, sistem drainase mungkin tidak mampu menangani volume air mata yang tiba-tiba ini atau kualitas air mata yang buruk dapat menyebabkan ketidakstabilan film air mata.
- Konjungtivitis Alergi atau Infeksius: Peradangan konjungtiva dapat meningkatkan produksi air mata, membanjiri sistem drainase, atau menyebabkan pembengkakan yang secara tidak langsung mengganggu drainase.
Diagnosis Masalah Saluran Air Mata
Diagnosis yang akurat adalah kunci untuk penanganan yang efektif. Dokter mata akan menggunakan kombinasi riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan tes khusus untuk mengidentifikasi masalah pada saluran air mata.
1. Anamnesis (Wawancara Medis)
Dokter akan menanyakan riwayat gejala secara detail, termasuk:
- Kapan mata berair dimulai? Apakah konstan atau intermiten?
- Apakah ada nyeri, bengkak, kemerahan, atau keluar cairan?
- Apakah ada riwayat trauma, infeksi mata sebelumnya, atau bedah?
- Penggunaan obat-obatan tertentu.
- Riwayat kesehatan umum dan penyakit sistemik.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan akan mencakup:
- Inspeksi: Melihat posisi puncta, kelopak mata (apakah ada ektropion atau entropion), adanya pembengkakan atau kemerahan di daerah kantung lakrimal, dan karakteristik air mata (jernih, keruh, berlendir).
- Palpasi: Meraba area kantung lakrimal untuk mencari nyeri, pembengkakan, atau keluarnya cairan dari puncta saat ditekan (yang sangat sugestif dakriosistitis).
- Pemeriksaan Slit Lamp: Untuk memeriksa permukaan mata, kelopak mata, puncta, dan film air mata secara lebih detail.
3. Tes Diagnostik Khusus
a. Fluorescein Disappearance Test (FDT)
Setetes pewarna fluorescein diletakkan di setiap mata. Dokter kemudian mengamati seberapa cepat pewarna menghilang dari mata. Pada kondisi normal, sebagian besar pewarna harus menghilang dalam 5 menit. Retensi pewarna yang lama menunjukkan drainase yang buruk, mengindikasikan obstruksi saluran air mata.
b. Jones Test (Tes Jones)
Ini adalah tes dua tahap untuk menentukan apakah obstruksi lengkap atau parsial. Setelah pewarna fluorescein diteteskan ke mata, sebatang kapas ditempatkan di hidung (di bawah konka inferior) untuk mendeteksi pewarna yang telah melewati saluran air mata.
- Primer Jones Test: Setelah 5-10 menit, jika pewarna muncul di hidung, berarti duktus nasolakrimalis paten (normal). Jika tidak ada pewarna, mungkin ada obstruksi.
- Sekunder Jones Test: Jika tidak ada pewarna pada tes primer, dokter akan membilas saluran air mata dengan saline. Jika pewarna kemudian muncul di hidung, ini menunjukkan obstruksi parsial (sistem mampu didorong). Jika tidak ada pewarna sama sekali, menunjukkan obstruksi total.
c. Irigasi Saluran Air Mata (Probing dan Flushing)
Ini adalah tes diagnostik dan terkadang terapeutik yang sangat informatif. Setelah anestesi topikal, kanula tumpul dimasukkan melalui puncta dan kanalikuli ke dalam kantung lakrimal. Kemudian, saline (larutan garam steril) disuntikkan. Dokter akan mengamati:
- Apakah cairan masuk dengan mudah ke hidung (normal).
- Apakah cairan membanjiri mata kembali melalui puncta yang sama (menunjukkan obstruksi di bawah kantung lakrimal, yaitu duktus nasolakrimalis).
- Apakah cairan keluar dari puncta lainnya (menunjukkan obstruksi pada kanalikulus komunis atau di dalam kantung lakrimal).
- Adanya resistensi saat memasukkan kanula (menunjukkan sumbatan punctal atau kanalikular).
d. Dacryocystography (DCG) atau Dacryoscintigraphy
Prosedur pencitraan ini menggunakan bahan kontras yang disuntikkan ke dalam saluran air mata, diikuti dengan rontgen atau pencitraan nuklir. Ini membantu memvisualisasikan anatomi dan lokasi obstruksi secara tepat, terutama pada kasus yang kompleks atau dicurigai adanya tumor.
e. CT Scan atau MRI
Pencitraan lanjutan ini mungkin diperlukan untuk mengevaluasi struktur tulang di sekitar saluran air mata, mencari tanda-tanda tumor, atau mengevaluasi trauma.
Penanganan Masalah Saluran Air Mata
Penanganan akan sangat bergantung pada penyebab, lokasi, dan tingkat keparahan masalah saluran air mata.
1. Penanganan Non-Bedah
- Masase Kantung Lakrimal: Khusus untuk obstruksi duktus nasolakrimalis kongenital pada bayi. Dilakukan secara rutin untuk mencoba membuka sumbatan.
- Kompres Hangat dan Antibiotik: Untuk dakriosistitis akut atau kanalikulitis, antibiotik sistemik adalah prioritas. Kompres hangat membantu meredakan bengkak dan nyeri.
- Dilatasi Punctal: Untuk stenosis punctal ringan, dengan menggunakan alat khusus untuk melebarkan lubang puncta.
- Obat Anti-inflamasi: Dalam beberapa kasus peradangan, obat anti-inflamasi dapat membantu, tetapi jarang menjadi solusi tunggal untuk obstruksi.
2. Penanganan Bedah
Intervensi bedah seringkali diperlukan untuk obstruksi yang persisten atau infeksi berulang pada saluran air mata.
a. Probing Duktus Lakrimal
Seperti yang disebutkan untuk CNLDO, ini melibatkan memasukkan kawat tipis untuk membuka sumbatan. Prosedur ini dapat juga dilakukan pada orang dewasa untuk sumbatan yang baru terjadi atau parsial, meskipun tingkat keberhasilannya lebih rendah dibandingkan pada bayi.
b. Intubasi Stent Silikon
Setelah probing, sebuah tabung silikon tipis dapat dipasang melalui saluran air mata untuk menjaga patensi duktus selama beberapa minggu atau bulan, mencegah re-stenosis. Stent biasanya dilepas setelah periode tertentu.
c. Dacryocystorhinostomy (DCR)
Ini adalah prosedur bedah utama untuk obstruksi duktus nasolakrimalis didapat atau kongenital yang gagal dengan penanganan lain. Tujuannya adalah membuat saluran drainase baru antara kantung lakrimal dan rongga hidung, melewati duktus yang tersumbat.
- DCR Eksternal: Ini adalah metode tradisional.
- Prosedur: Insisi kulit dibuat di sisi hidung (dekat kantus medial). Tulang lakrimal dan maksila kemudian dipotong untuk menciptakan jendela tulang. Kantung lakrimal dan mukosa hidung dibuka dan dijahit bersama untuk membentuk anastomosis (saluran baru). Stent silikon sering dipasang untuk menjaga patensi selama beberapa bulan.
- Keuntungan: Tingkat keberhasilan yang sangat tinggi (biasanya >90-95%).
- Kekurangan: Meninggalkan bekas luka kecil di wajah, risiko perdarahan, dan memar pasca-operasi.
- DCR Endonasal (Internal): Prosedur ini dilakukan melalui hidung.
- Prosedur: Menggunakan endoskop yang dimasukkan melalui hidung, dokter membuat jendela tulang dan anastomosis antara kantung lakrimal dan rongga hidung tanpa insisi kulit eksternal. Laser atau bor mikro dapat digunakan. Stent silikon juga sering dipasang.
- Keuntungan: Tidak ada bekas luka kulit, pemulihan mungkin sedikit lebih cepat, kurang memar.
- Kekurangan: Mungkin memiliki tingkat keberhasilan yang sedikit lebih rendah daripada DCR eksternal dalam beberapa studi, memerlukan peralatan khusus, dan membutuhkan keahlian bedah endoskopik yang tinggi.
d. Conjunctivodacryocystorhinostomy (CDCR) dengan Tabung Jones
Prosedur ini dilakukan ketika seluruh sistem drainase air mata (puncta, kanalikuli, kantung lakrimal) rusak parah atau tidak dapat diperbaiki, misalnya karena trauma luas atau penyakit autoimun. Dokter membuat lubang di sudut mata dan memasang tabung kaca atau silikon (tabung Jones) yang menghubungkan langsung konjungtiva ke rongga hidung, melewati seluruh jalur drainase alami yang rusak. Ini adalah prosedur yang lebih kompleks dan biasanya merupakan pilihan terakhir.
e. Punctoplasty dan Kanalikuloplasti
Ini adalah prosedur untuk memperbaiki stenosis punctal atau sumbatan/robekan kanalikuli. Punctoplasty melibatkan pemotongan kecil untuk memperlebar puncta. Kanalikuloplasti melibatkan perbaikan bedah kanalikuli yang rusak, seringkali dengan intubasi stent.
3. Perawatan Pasca-Operasi dan Manajemen Jangka Panjang
Setelah bedah pada saluran air mata, perawatan pasca-operasi sangat penting untuk memastikan keberhasilan dan mencegah komplikasi:
- Obat-obatan: Pasien akan diberikan antibiotik (oral dan/atau tetes mata) dan obat anti-inflamasi (tetes mata steroid) untuk mencegah infeksi dan mengurangi peradangan.
- Perawatan Stent: Jika stent silikon dipasang, pasien akan diinstruksikan tentang cara merawatnya dan kapan harus melepasnya (biasanya 3-6 bulan setelah operasi).
- Irigasi Hidung: Irigasi hidung dengan saline mungkin direkomendasikan untuk menjaga kebersihan rongga hidung.
- Pencegahan Trauma: Pasien harus berhati-hati agar tidak cedera di area hidung atau mata selama masa penyembuhan.
- Tindak Lanjut Reguler: Kunjungan tindak lanjut dengan dokter mata sangat penting untuk memantau penyembuhan, memeriksa patensi saluran, dan menangani komplikasi yang mungkin timbul.
- Manajemen Gejala Kronis: Bagi mereka yang mungkin masih mengalami sedikit epifora residual atau gejala lain, manajemen jangka panjang bisa melibatkan pelumas mata atau nasihat tentang bagaimana mengurangi iritasi mata.
Hidup dengan Masalah Saluran Air Mata
Bagi sebagian orang, masalah saluran air mata bisa menjadi tantangan yang persisten, meskipun dengan penanganan yang tepat, prognosis umumnya baik. Mengelola kondisi ini melibatkan kesadaran akan gejala, kepatuhan terhadap penanganan medis, dan pemahaman tentang kapan harus mencari bantuan profesional. Epifora kronis, bahkan tanpa infeksi, dapat sangat mengganggu kualitas hidup seseorang, menyebabkan gangguan penglihatan, iritasi kulit di sekitar mata, dan rasa malu sosial.
Kapan Mencari Bantuan Medis
Sangat penting untuk mencari perhatian medis jika Anda atau anak Anda mengalami gejala yang mengindikasikan masalah saluran air mata:
- Mata berair yang terus-menerus dan tidak membaik.
- Keluarnya cairan lendir atau nanah dari mata atau puncta.
- Kemerahan, bengkak, atau nyeri di sudut mata dekat hidung.
- Demam bersamaan dengan gejala mata.
- Gangguan penglihatan mendadak atau parah.
Diagnosis dini dan penanganan yang tepat dapat mencegah komplikasi yang lebih serius, seperti infeksi yang menyebar ke orbita atau bahkan ke otak.
Pencegahan
Meskipun tidak semua masalah saluran air mata dapat dicegah, beberapa langkah dapat membantu mengurangi risiko:
- Kebersihan Mata: Jaga kebersihan area mata dan kelopak mata, terutama bagi penderita blefaritis atau kondisi mata kering, untuk mengurangi risiko infeksi.
- Penanganan Infeksi Dini: Obati infeksi mata (misalnya konjungtivitis) segera untuk mencegah penyebaran atau komplikasi ke saluran air mata.
- Perlindungan Mata: Gunakan pelindung mata saat melakukan aktivitas yang berisiko trauma pada wajah atau mata.
- Hindari Menggosok Mata Berlebihan: Menggosok mata dapat menyebabkan iritasi dan peradangan.
- Patuhi Rekomendasi Dokter: Jika Anda sedang menjalani pengobatan untuk kondisi mata lain, patuhi instruksi dokter untuk mencegah efek samping yang mungkin memengaruhi saluran air mata.
Kesimpulan
Saluran air mata adalah bagian integral dari kesehatan mata yang sering luput dari perhatian hingga terjadi masalah. Sistem drainase yang efisien ini bekerja tanpa henti untuk menjaga permukaan mata tetap bersih, lembab, dan terlindungi. Namun, berbagai faktor, mulai dari masalah kongenital, infeksi, trauma, hingga tumor, dapat mengganggu fungsinya.
Pemahaman yang komprehensif tentang anatomi dan fisiologi saluran air mata adalah fondasi untuk mengidentifikasi dan menangani masalah yang muncul. Dengan diagnosis yang tepat melalui kombinasi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan tes khusus, dokter mata dapat menentukan penyebab dan lokasi obstruksi atau infeksi. Pilihan penanganan bervariasi dari masase sederhana dan antibiotik hingga prosedur bedah yang kompleks seperti Dacryocystorhinostomy (DCR) atau intubasi stent. Dengan kemajuan dalam teknik bedah, sebagian besar masalah saluran air mata dapat diatasi dengan tingkat keberhasilan yang tinggi, memungkinkan pasien untuk kembali menjalani hidup tanpa gangguan mata berair yang persisten atau infeksi yang mengancam.
Penting untuk diingat bahwa setiap gejala yang mengindikasikan masalah pada saluran air mata harus segera dievaluasi oleh profesional kesehatan. Jangan menunda untuk mencari nasihat medis jika Anda mencurigai adanya gangguan pada sistem lakrimal Anda, karena intervensi dini seringkali menghasilkan hasil terbaik dan mencegah komplikasi serius. Menjaga kesehatan saluran air mata berarti menjaga kenyamanan dan kesehatan penglihatan Anda secara keseluruhan.